berusaha untuk kebaiakan

Indahnya Kematian di Jalan Allah


KIBLAT.NET – Di antara indahnya posisi seorang hamba di hadapan Rabb-nya, bukan hanya ketika dia berilmu dan beribadah. Tetapi, salah satu puncak keindahan kedudukan seorang hamba Allah adalah ketika dia mampu meneteskan darahnya untuk memperjuangkan agama Allah.
Indah betul ketika kematian seorang sahabat besar Abdullah bin amr bin Haram ayahanda Jabir bin Abdullah ketika Rasulullah menceritakan tentang kondisi ayahnya kepada anaknya Jabir bin Abdullah,

سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ :لَمَّا قُتِلَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ حَرَامٍ يَوْمَ أُحُدٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا جَابِرُ أَلا أُخْبِرُكَ مَا قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لابِيكَ قُلْتُ بَلَى قَالَ مَا كَلَّمَ اللَّهُ أَحَدًا إِلَّا مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ وَكَلَّمَ أَبَاكَ كِفَاحًا فَقَالَ يَا عَبْدِي تَمَنَّ عَلَيَّ أُعْطِكَ قَالَ يَا رَبِّ تُحْيِينِي فَأُقْتَلُ فِيكَ ثَانِيَةً قَالَ إِنَّهُ سَبَقَ مِنِّي أَنَّهُمْ إِلَيْهَا لا يُرْجَعُونَ قَالَ يَا رَبِّ فَأَبْلِغْ مَنْ وَرَائِي فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَذِهِ الايَةَ : وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا
“Aku mendengar Jabir bin Abdillah berkata; ketika Abdullah bin Amr bin Haram terbunuh pada perang Uhud Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; Wahai Jabir maukah engkau aku kabarkan apa yang Allah ‘Azza wa Jalla firmankan kepada ayahmu? Aku menjawab; tentu ya Rasulullah, tidaklah Allah berbicara kepada seseorang pun kecuali dari balik hijab tapi Allah telah berbicara kepada ayahmu dengan bertatap mukalalu Allah berfirman: ‘Wahai Hambaku, memohonlah kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu, ‘ ia menjawab; ‘Wahai Rabb, hidupkan aku kembali agar aku terbunuh di jalan-Mu untuk kedua kalinya.’ Allah berfirman: ‘Sesungguhnya telah berlalu dari-Ku bahwasanya mereka tidak akan kembali lagi ke sana, ‘ ia berkata; ‘Wahai Rabb, kalau begitu sampaikanlah kepada orang yang berada di belakangku.’” Beliau bersabda: “Maka Allah Ta’ala menurunkan: “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Rabbnya dengan mendapat rizki, (QS: Ali Imran 169-170).” (H.R. Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh Albani).
 Subhanallah, begitu indahnya kematian di jalan Allah, sehingga Allah pun menyampaikan keinginan orang-orang yang mati syahid kepada hamba-Nya yang masih hidup dan diabadikan dalam kitab-Nya
Inilah hal yang perlu selalu diminta oleh seorang hamba agar dirinya dan orang-orang yang dia cintai mampu mendapatkan rizki terbesar dalam kehidupan manusia dihadapan Rab-nya yaitu kematian di jalan Alloh,krena diantara yang dilalaikan dalam berdoa hari ini adalah meminta kesyahidan.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَمَنْ طَلَبَ الشَّهَادَةَ صَادِقًا أُعْطِيَهَا وَلَوْ لَمْ تُصِبْهُ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa memohon syahadah (mati dalam keadaan syahid) dengan sungguh-sungguh, maka sungguh ia akan diberi pahala seperti pahala mati syahid meskipun ia tidak mati syahid.” (HR. Muslim – 3531)
Sehingga, ketika kecintaan pada perjuangan dan kerinduan kepada syahid telah menjadi obsesi besar dalam kehidupan seorang hamba yang beriman, ia akan selalu berusaha menata amal dan langkah hidupnya plus dengan berdoa tanpa henti, maka pasti Allah akan menyampaikan hamba tersebut dalam indahnya mati syahid
Seperti kisah seorang Arab Baduwi yang senantiasa memintasyahadah di jalan Allah,bahkan menolak pembagian ghanimah (rampasan perang, red) hanya karena ingin mendapat kematian indah di jalan Allah, maka Allah pun mengabulkan permintaan indahnya.
 Dari Syaddad bin Al-Haad radhiallahu ‘anhu berkata :
أَنَّ رَجُلاً مِنَ الأَعْرَابِ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَآمَنَ بِهِ وَاتَّبَعَهُ ، ثُمَّ قَالَ : أُهَاجِرُ مَعَكَ ، فَأَوْصَى بِهِ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بَعْضَ أَصْحَابِهِ ، فَلَمَّا كَانَتْ غَزْوَةٌ غَنِمَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم شيئاً، فَقَسَمَ وَقَسَمَ لَهُ ، فَأَعْطَى أَصْحَابَهُ مَا قَسَمَ لَهُ ، وَكَانَ يَرْعَى ظَهْرَهُمْ ، فَلَمَّا جَاءَ دَفَعُوهُ إِلَيْهِ ، فَقَالَ : مَا هَذَا ؟ ، قَالُوا : قِسْمٌ قَسَمَهُ لَكَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم، فَأَخَذَهُ فَجَاءَ بِهِ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ، فَقَالَ : مَا هَذَا ؟ قَالَ : قَسَمْتُهُ لَكَ، قَالَ : مَا عَلَى هَذَا اتَّبَعْتُكَ ، وَلَكِنِّي اتَّبَعْتُكَ عَلَى أَنْ أُرْمَى إِلَى هَاهُنَا ، وَأَشَارَ إِلَى حَلْقِهِ بِـ سَهْمٍ ، فَأَمُوتَ فَأَدْخُلَ الْجَنَّةَ فَقَالَ : إِنْ تَصْدُقِ اللَّهَ يَصْدُقْكَ ، فَلَبِثُوا قَلِيلاً ثُمَّ نَهَضُوا فِي قِتَالِ الْعَدُوِّ ، فَأُتِيَ بِهِ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يُحْمَلُ قَدْ أَصَابَهُ سَهْمٌ حَيْثُ أَشَارَ ، فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم : أَهُوَ هُوَ ؟ قَالُوا : نَعَمْ ، قَالَ : صَدَقَ اللَّهَ فَصَدَقَهُ ، ثُمَّ كَفَّنَهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فِي جُبَّةِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ، ثُمَّ قَدَّمَهُ فَصَلَّى عَلَيْهِ ، فَكَانَ فِيمَا ظَهَرَ مِنْ صَلاَتِهِ : اللَّهُمَّ هَذَا عَبْدُكَ خَرَجَ مُهَاجِرًا فِي سَبِيلِكَ فَقُتِلَ شَهِيدًا أَنَا شَهِيدٌ عَلَى ذَلِكَ.
Ada seorang Arab Badui datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka iapun beriman kepada Nabi dan mengikuti Nabi, kemudian ia berkata kepada Nabi, “Aku akan berhijroh bersamamu”. Maka Nabipun meminta sebagian sahabat untuk memperhatikan orang ini. Maka tatkala terjadi peperangan Nabi memperoleh ghonimah maka Nabipun membagi-bagikan ghonimah tersebut dan Nabi membagikan juga bagi orang ini. Nabipun menyerahkan bagian ghonimah orang ini kepada para sahabat (untuk diberikan kepada orang ini). Dan orang ini tugasnya adalah menjaga bagian belakang pasukan. Tatkala orang ini datang maka para sahabatpun menyerahkan bagian ghanimahnya kepadanya. Iapun berkata, “Apa ini?”, mereka berkata, “Ini adalah bagianmu yang dibagikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untukmu. Iapun mengambilnya lalu menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata keapda Nabi, “Apa ini?”. Nabi berkata, “Aku membagikannya untukmu”. Ia berkata, “Aku tidak mengikutimu untuk memperoleh ini, akan tetapi aku mengikutimu supaya aka dipanah dengan anak panah di sini (seraya mengisyaratkan ke lehernya) lalu aku mati dan masuk surga”. Nabipun berkata, “Jika niatmu benar maka Allah akan mengabulkannya”. Tidak lama kemudian para sahabat bangkit dan maju ke medan perang melawan musuh. Lalu (setelah perang-pen) orang inipun didatangkan kepada Nabi sambil dipikul dalam kondisi lehernya telah ditembus oleh anak panah. Maka Nabi berkata, “Apakah ini adalah (mayat) orang itu?”, mereka berkata, “Benar”. Nabi berkata, “Niatnya benar maka Allah mengabulkan (keinginannya)” Lalu Nabi mengkafani orang ini dengan jubah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu Nabi meletakkan mayat orang ini di depan lalu beliau menyolatkannya. Dan diantara doa Nabi tatkala menyolatkan orang ini, “Yaa Allah ini adalah hambamu telah keluar berhijrah di jalanmu lalu iapun mati syahid dan aku bersaksi atas hal ini.” (HR An-Nasaai No. 1952 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhiib wa At-Tarhiib No. 1336)
Dahsyat betul keadaan hati hamba yang telah merindukan perjumpaanya dengan Allah. Maka, ketika ia ikhlas dan benar jalannya maka Allah yang mengatur kematian dengan penutup manis yang akan dikenang abadi oleh setiap hamba lainya yang masih hidup dan di akheratnya Allah muliakan dengan balasan kenikmatan tiada tara. [sdqfajar]

Related : Indahnya Kematian di Jalan Allah

0 Komentar untuk "Indahnya Kematian di Jalan Allah"